Oleh: rkp | 27 Maret, 2009

Pindah alamat…

tulisan-tulisan selanjutnya bisa dibaca di http://erkape.kaifasoft.com

Oleh: rkp | 2 Februari, 2009

Agar tidak zhalim, berpengetahuanlah…

  1. Ketika seorang atasan salah membuat keputusan terhadap bawahannya biasanya kita anggap sang atasan sudah menzhalimi bawahannya. Pertanyaannya: Mengapa sang atasan salah ambil keputusan?
  2. Ketika Israel terus-menerus membombardir Palestina, masih ada yang berpendapat kesalahan ada di pihak Palestina (HAMAS), bisa jadi pendapat inipun menzhalimi orang-orang Palestina. Pertanyaannya: Mengapa orang bisa berpendapat demikian?

Saya kira salah satu penyebab kezhaliman itu adalah kurangnya pengetahuan para ‘ zhalimer’ terhadap masalah/isu yang dihadapi. Oleh karena itu berpengetahuanlah agar kita tidak menzhalimi pihak lain.

Untuk para atasan: galilah pengetahuan sekitar kebutuhan/harapan para bawahan agar setiap keputusan yang diambil tidak masuk kategori penzhaliman.

Untuk para pendukung Israel: galilah pengetahuan sekitar konflik Israel-Palestina agar setiap pendapat yang dikeluarkan tidak menzhalimi salah satu pihak, sok tah baca: http://www.ifamericansknew.org/ ataupun http://www.akhirzaman.info atau googling di internet.

Saya nggak ngerti Bahasa Arab, mungkinkah zhalim dan zhulumat (kegelapan/tidak berpengetahuan) itu memang memiliki akar kata yang sama? Sehingga memang ada kaitannya antara perbuatan zhalim dengan kekurangpengetahuanan?

Oleh: rkp | 18 Desember, 2008

Musyawarah itu ada syaratnya…

Ternyata musyawarah yang bener itu ada 3 syaratnya:
1. Jangan jubun, keras kepala, maksakan pendapat, neugtreug
2. Jangan bakhil, kikir, free rider, cuma ambil manfaat tapi tak mau berbagi ide
3. Jangan serakah, terlalu ambisius

Selain itu kalau musyawarah ingin sukses siapkan hati yang lembut agar siap untuk adu argumentasi bukannya maksakan argumentasi dan jangan lupa untuk saling memaafkan kalau saat musyawarah terlontar hal-hal yang kurang berkenan.
Musyawarah sering kali tidak sukses karena ada pihak yang jubun, tidak peduli dengan argumentasi pihak lain meskipun secara objektif diakui itulah argumentasi terbaik. Sebenarnya jubun, bakhil dan serakah itu cerminan sikap suuzhan kepada Allah, terlalu pede akan argumentasinya sendiri (Allah dianggap lebih rendah dari dirinya).
Bisakah kita berharap para anggota legislatif itu tidak jubun, kikir ataupun serakah sehingga setiap musyawarah yang dilakukan di dewan menghasilkan produk dengan argumentasi terbaik untuk kesejahteraan rakyat? atau musyawarah yang selalu gagal karena sifat jubun, kikir dan serakah hingga urusan pornografi saja berlarut-larut, urusan prosentase tuk jadi capres saja nggak beres-beres, dst. Menyedihkan sekali memang nasib bangsa ini. Terlalu banyak sikap jubun, kikir dan serakah ditunjukkan pimpinan negeri kita. 😦

Oleh: rkp | 15 Desember, 2008

Golput: Halal atau Haram?

“iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’iin” , Hanya kepadaMulah aku menghambakan diri dan hanya kepadaMu lah aku meminta pertolongan. Sangat KLIR, JELAS, TAK PERLU masantren dulu untuk memahami ayat tersebut. Jadi tidak perlu bingung dengan ‘fatwa’ pihak manapun yang memutuskan GOLPUT itu HALAL ataupun HARAM, karena pihak-pihak itu bukan dzat yang harus menjadi tempat bagi kita untuk ‘menghambakan diri’. Pihak-pihak itu CUMA MANUSIA BIASA yang tak bisa lepas dari KEPENTINGAN NAFSU DUNIA. Untuk masalah yang beginian mah nggak perlu fatwa ‘kiai’, putuskan saja sendiri: GOLPUT ataupun NYOBLOS . Jangan terlalu ‘mendewa-dewakan’ para kiai lah untuk urusan gini mah, karena cuma kan bikin mereka jadi GEDE HULU alias semakin takabur seolah-olah mereka itu para manusia suci yang lebih hebat dan lebih dekat dengan Sang Khalik. Jadi: ayo putuskan sendiri GOLPUT ataupun NYOBLOS, jangan pedulikan hingar-bingar para pencari popularitas MURAHAN. Hanya Allah yang pantas dijadikan sebagai tempat menghambakan diri, selain Allah mah nggak ada bedanya dengan kita semua: SEKEDAR MANUSIA BIASA.

Oleh: rkp | 8 Desember, 2008

Resep sukses…

Kasus:
Seorang kawan bertanya: “Apa kiat agar bisa lulus sidang skripsi dengan lancar tanpa terjadi ‘pembantaian’?”

Yang perlu diingat:
Tampaknya tidak ada formula sukses yang dijamin sukses dalam segala kondisi alias faktor ‘nasib’ terjadinya keselarasan antara sang penguji dan yang diuji tetap patut dimasukkan sebagai parameter prasyarat terjadinya kesuksesan.
Bukankah mungkin saja tetap terjadi ‘pembantaian’ sekalipun sudah kita persiapkan sebaik mungkin tapi karena sang penguji sedang suntuk (masalah dengan sang istri di rumah) dan menjadikan sidang tesis sebagai ‘pelampiasan’.

Jadi tetap saja 2 sisi harus diihtiarkan: jasmani dan ruhani alias do your best
kemudian bersyukur/bersabar atas hasil yang dicapai karena akan selalu ada ‘parameter’ yang bukan wewenang kita.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [QS. Al-An’aam:59]

Oleh: rkp | 4 Mei, 2008

Hidup Syetan, ihik…ihik…ihik…

On Fri, 2 May 2008 14:44:13 +0700, Adriyanti Rivai wrote

“Tak banyak dari kita yang menaruh perhatian, ketika di sana meletus 2 konflik
besar tahun 1999 (tidak lama berselang setelah konflik Ambon dan Halmahera).
Tercatat 200 korban jiwa terbunuh, ratusan lainnya menderita luka parah, 20
desa nyaris rata dengan tanah, 30.000 orang mengungsi di puluhan bangsal
penampungan.

Di sana pulalah antara Juli 1999 sampai Februari 2000 telah berlangsung suatu
proses rekonsiliasi yang berhasil menghentikan kerusuhan dan konflik tersebut.
Dan nyaris tidak ada yang memberitakannya. Perhatian media-massa dan banyak
orang masih lebih tersita oleh gegap gempita proses-proses rekonsiliasi di
Ambon, Ternate, dan Poso yang gagal berkali-kali.”

Buat oknum ‘wartawan’ mah good news is bad news. Bagi Mereka (para oknum ‘pemilik media’ via ‘wartawannya’ termasuk juga para oknum ‘broadcaster’) mah nggak penting efek dari berita yang penting mah duit…. coba apa manfaat “reg ramal ki xxx”, gosip selebritis, sinetron abg, … buat kesehatan jiwa bangsa ini?

Makanya manfaatkan internet, blog, milis, dll. yang nota bene “nggak ada” pemiliknya tuk mengimbangi dominasi para oknum pemilik media ‘tak bermoral’ itu. Kalau kita mau sebenarnya saat ini tidak terlalu susah tuk bikin majalah IT (rulimajalah.com), bikin ‘film’ berisi potongan-potongan video seperti Fitna nya wong gendeng itu ;, dan lain-lain).

Kembali lagi ke masalah klasik: problem dah tahu, solusi dah tahu, kemauan yang nggak pernah muncul tuk dijalankan hingga problem itu solved. Kita semua cuma sampai tahap identifikasi masalah, diskusi cari solusi, formulasikan solusi terus…. cari masalah lain, tuk ‘disolusikan’ cerita na mah, padahal cuma didiskusikan dengan output ‘solusi’ tertulis yang tak pernah diwujudkan.

Kenapa semua itu terjadi berulang-ulang? Itulah perangkap syetan. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat manusia yang ngomongnya jangan diperbudak dunia kenyataannya menjadikan dunia segalanya, ngomongnya syetan adalah musuh no 1 kenyataannya menjadikan syetan jadi idola (gimana bangganya band ungu dan penggemarnya menggunakan tanduk sebagai simbol mereka, ntah mereka tahu atau tidak tuh tanduk sebenarnya simbol syetan). Ngomongnya jangan korupsi ternyata koruptor beneran (Anggota DPR dari Golkar, PDIP, PPP, Demokrat: Koran SINDO 4 Mei 2008), dst…. Nggak malu ditipu syetan melulu? Atau malah senang dan siap berjibaku tuk membela sang syetan? Sungguh menyedihkan kita ini, ihik ihik ihik….

Oleh: rkp | 24 April, 2008

Kenapa Ahmadiyah dilarang?

Barangkali ada yang berpendapat bahwasanya suatu keanehan dan tidak wajar ketika jamaah ahmadiyah dilarang melakukan aktivitas di Indonesia hanya karena ideologi atau kepercayaan mereka padahal mereka tidak pernah melakukan kekerasan apapun. Jika anda menganggap tindakan pemerintah/negara melarang (pengikut) Ahmadiyah beraktivitas di Indonesia merupakan tindakan yang tidak benar (salah), maka ingatlah bahwasanya manusia itu tak ada yang tahu segalanya termasuk anda dan saya. Apakah anda merasa memiliki pengetahuan yang cukup mumpuni berkaitan dengan ajaran Islam sehingga berani menyatakan bahwasanya Ahmadiyah itu tidak layak dilarang?

Bisakah kita jelaskan, kenapa MUI menyatakan Ahmadiyah sesat dan layak tuk dilarang, sementara tak ada pernyataan (MUI) seperti itu utk ajaran Protestan, Katholik, Hindu, Budha? padahal kalau dilihat pakai kacamata Islam jelas-jelas ajaran-ajaran itu ‘sesat/kafir’ sebagaimana halnya ajaran-ajaran tersebut pun menganggap Islam sebagai ajaran ‘sesat/kafir’.

Bisakah kita jelaskan, kenapa ke 5 agama ‘resmi’ yang diakui negara ini tidak saling melarang?

Kedua: seandainya kita memiliki anak perempuan dan anak perempuan kita itu melakukan seks bebas dengan berganti-ganti pasangan yang dilakukannya di rumah kita bahkan mungkin di depan kita dimana tak ada kekerasan sedikitpun (kan dilakukannya dengan sukarela, suka sama suka) kitapun sebagai orang tuanya boleh milih mau lihat setiap adegan atau pergi it’s up to us, nggak ada kekerasan tuk memaksa kita melihat sang buah hati berperilaku seperti ayam (hewan) dalam hal aktifitas seksual, Tak ada hak kah buat sang orangtua tuk melarang anaknya berperilaku seperti itu (hewan) dikarenakan tak ada kekerasan tapi sekedar ideologi/kepercayaan sang anak berkaitan dengan kehidupan seksual? Apa yang akan kita pertanggungjawabkan nanti dihadapan Sang Maha Kuasa atas amanah anak yang dititipkanNya kepada kita? Tentu saja pertanyaan terakhir tak perlu dijawab kalau kita tak percaya akan ada kehidupan berikutnya setelah kematian kita kelak.

Jadi ingatlah bahwasanya pengetahuan kita itu cuma setitik air di antara luasnya samudra, oleh karena itu berusahalah untuk selalu berpikir (minimal) 2 sisi.

Oleh: rkp | 24 April, 2008

Dunia (kita) tanpa stress, mungkinkah?

Stress muncul ketika kita harus menghadapi sesuatu dimana ‘tampaknya’ energi/kapabilitas yang kita miliki tak cukup untuk menghadapinya alias kurang PD, misal: saat menghadapi bos, ujian, sidang, bahkan untuk yang belum pernah presentasi apalagi dalam bahasa Inggris, itu pun akan membuat kita stress. Stress tampaknya tak pernah muncul ketika sang Bos menghadapi anak buahnya, dosen mengawasi ujian mahasiswanya, sang presenter kawakan mempresentasikan idenya. Jadi satu peristiwa bisa membuat seseorang stress, sementara itu untuk yang lain biasa-biasa saja tuh. Kenapa itu bisa terjadi? Setidaknya ada 2 penyebabnya, yaitu:

  1. Kapabilitas yang dimiliki
  2. Resiko yang siap/akan dihadapi

Jadi tuk hilangkan stress:

  1. Persiapkan diri agar selalu PD/kapabel ketika menghadapi suatu peristiwa
  2. Pahami resiko terburuk (the worst case) dan siapkan diri untuk menerimanya

Tahukah anda, selama hidup di dunia ini ‘resiko terberat’ dari setiap peristiwa yang akan kita alami tiada lain kecuali KEMATIAN, dan itu akan menimpa siapapun tanpa kecuali. Jadi kenapa harus stress:

  • saat menghadap Bos kalau kita sudah siap dengan bahan yang dibutuhkan Bos, kalaupun Bos tidak puas, resiko paling tinggi tampaknya ‘cuma’ pemecatan (dan itu belum tentu terjadi, apalagi tuk PNS ‘mustahil’ sang Bos bisa memecat anak buahnya), emangnya dunia kiamat kalau kita tidak bekerja di tempat sekarang
  • saat harus menghadapi ujian/sidang tugas akhir kalau kita sudah siap tuk menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin muncul, kalaupun sang penguji tidak puas, resiko paling tinggi tampaknya ‘cuma’ DO dari tempat kita sekolah, emangnya dipastikan kita tak kan sukses kalau kita tidak lulus dari sekolah tsb, Andri Wongso yang tidak tamat SD saja secara materi mah sukses sekali tampaknya
  • saat harus presentasi (apalagi harus berbahasa Inggris), kalau kita sudah persiapkan diri semaksimal mungkin, resikonya paling diketawain audien padahal berapa banyak presenter yang mati-matian bikin joke agar audien bisa tertawa… he he he…

jadi jalani saja setiap peristiwa yang kan kita hadapi tanpa perlu manteng-manteng amat wong resiko paling berat cuma KEMATIAN, enjoy saja… begitu kata iklan. Yang penting mah usaha, kenali resiko, dan berdo’a…. wong yang menentukan akhir/ending dari setiap peristiwa itu Sang Maha Kuasa, bener nggak?

“Sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah lah hati akan tenang”

Oleh: rkp | 23 April, 2008

Selamat menagih janji (2)…

PROGRAM UNGGULAN

  1. Kemudahan birokrasi izin usaha dan investasi
  2. Pengembangan agro industri dan bahari
  3. Ketahanan dan swasembada pangan
  4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, koperasi, dan UKM
  5. Pendidikan untuk semua (yang kaya dan miskin memiliki akses yang sama)
  6. Meningkatkan kesejahteraan guru
  7. Beasiswa prestasi
  8. Terserapnya 1 juta orang tenaga kerja
  9. Pelayanan kesehatan murah
  10. Menjaga dan mengembangkan jatidiri dan martabat budaya lokal
  11. Pemerataan pembangunan untuk semua kawasan
  12. Pelestarian dan reboisasi wilayah-wilayah kritis (pantai, hutan, dan gunung)
  13. Meningkatkan kualitas pembinaan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai generasi yang sehat dan cerdas
  14. Pemberdayaan generasi muda

sekedar tuk mengingatken, biar terdokumentasi janji-janji sang gubernur dan wakilnya

Oleh: rkp | 23 April, 2008

Selamat menagih janji…

Tujuh Komitmen Moral HADE


Published April 10, 2008


  1. Menyerap satu juta lapangan kerja melalui pengadaan dan peningkatan UKM dengan anggaran Rp 200 miliar/tahun.
  2. Membebaskan SPP dan pemberian bantuan buku, perbaikan gedung
    sekolah, serta penambahan gaji guru negeri dan swasta dengan anggaran
    Rp 200 miliar/tahun.
  3. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui dana talangan untuk
    menjamin stabilitas harga pupuk dan gabah sebesar Rp 200 miliar/tahun.
  4. Pembangunan jalan dan irigasi dengan anggaran Rp 200 miliar.
  5. Pengalokasian dana khusus sebesar Rp 50 miliar setiap tahun untuk operasi pasar bila harga sembako naik.
  6. Pengembangan dan revitalisasi posyandu untuk kesehatan ibu, anak dan lansia sebesar Rp 50 miliar/tahun.
  7. Mendukung eksistensi praktisi perkebunan untuk mendapat hak guna usaha.
[http://amunisihade.wordpress.com/2008/04/10/tujuh-komitmen-moral-hade/]

Jika ente kagak bise penuhi tuh janji, 5 tahun ke depan 90% pemilih kan diam di rumah atau piknik ame keluarge daripade milih tukang tipu melulu,
tapiiiii jika ente bisa wujudkan tuh mimpi, pilkada berikutnya nggak perlu lagi ente kampanye dijamin 90% rakyat kan milih ente lagi. jadi kampanyelah dari sekarang dengan cara wujudkan tuh mimpi/janji, mumpung nggak ada saingan dan dibiayai rakyat he he he….

Older Posts »

Kategori